Assalamu'alaykum wr wb sahabat semua..

Assalamu'alaykum wr wb sahabat semua..

Jumat, 05 Maret 2021

Langit Biru Milik Kita Semua


Bicara tentang langit biru siapa yang tidak menginginkannya. Langit yang begitu cerah, segar dan mempesona. Langit yang sejuk dipandang oleh mata diberikan pencipta sebagai bukti nyata akan kebesaran kekuasaan-Nya.

Jika melirik kesekitar melihat hiruk pikuk dunia, tuanya bumi yang semakin hari semakin tak tertata dengan rapi. Begitu padatnya aktifitas setiap manusia, begitu banyak kerusakan alam yang terjadi semua disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.

Kini semua dari kita menginginkan langit biru itu kembali. Langit yang segar dan nikmat dipandang oleh mata. Lalu tugas siapakah ini? Langit biru milik kita semua. Maka sudah menjadi tugas dan tanggungjawab kita semua untuk memulihkan kembali langit biru tersebut.

Bukankah alam adalah kehendak yang kuasa? Yah benar, tapi tidak sepenuhnya. Ada banyak peran tangan manusia. Bukankah kerusakan-kerusakan alam di bumi desebabkan oleh tangan manusia itu sendiri?

Kita semua bisa memilih dan mengambil peran untuk mengembalikan langit biru. Dimulai dari kehidupan kita sehari-hari yang ternyata dampak jangka panjangnya terlalu berpengaruh oleh bumi.

Mungkin aku termasuk orang yang tersadarkan setelah mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh KBR (Kantor Berita Radio) dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)  beberapa hari lalu yang mengangkat tema “Pengguna BBM Ramah Lingkungan”.

Aku baru tau ternyata faktor BBM pun sangat mempengaruhi langit biru itu sendiri. Entah apakah edukasi dan sosialisasi yang kurang masif atau aku yang memang tidak ingin tau dengan hal yang demikian.

Setelah mendengarkan penjabaran yang sangat panjang, faktor pemilihan BBM pun sangat berpengaruh akan hal itu semua. Jujur kami yang berada dikalangan pas-pasan hanya tau harga BBM dan memilih yang termurah. Saat bebrapa tahun yang lalu langka dan hilangnya premium di masyarakat sangat membuat masyrakat gerang, bagaimana tidak? Premium yang menjadi konsumsi harian kendaraan kami dengan harga yang terjangkau seketika hilang diperadaban dan kami harus dipaksa menggunakan pertalite dengan harga yang begitu tinggi di atas premium.

Aku dan kebanyakan masyrakat lainnya pun lebih memilih harus memutar berkali-kali pertamina untuk mencari  premium dari pada harus membeli pertalite terlebih pertamax.

Kami beranggapan bahwa pertalite dan pertamax hanya wajib dikonsumsi oleh kalangan elite ke atas. Dan ini tidak cocok untuk kami yang hanya mendapatkan penghasilan pas-pasan untuk makan. Tak jarang kami rela mengantri panjang untuk mendapatkan premium, bahkan kami sampai hapal jam-jam premium datang ke pertamina. Jika tidak di pagi hari sekali maka datangnya di malam hari sekali, dan kami selalu menantikan jadwal itu untuk memenuhi kebutuhan kami.

Kini aku tersadar, mengapa pemerintah dengan ngotot mengambil kebijakan yang seakan-akan menekan kalangan bawah. Yah, semata-mata semua kebijakan yang ditetapkan adalah untuk keberlangsungan bersama. Bukan hanya sepihak. Ternyata hilangnya premium diperedaran adalah salah satu upaya pemerintahuntuk menyehatkan bumi kembali. Untuk harapan kita semua agar tetap tenang dan nyaman menikmati keindahan di muka bumi ini. Agar kita tetap bisa menghirup udara segar dan menatap indahnya langit biru.

Aku sangat berterimakasih sekali, mungkin jika tidak mengikuti webinar beberapa hari lalu, hingga hari ini akau hanya memikirkan diri sendiri untuk tetap mencari premium. Setelah mendapat ppengetahuan aku berazzam untuk membantu pemerintah memulihkan bumi, mengembalikan langit biru dengan memilih BBM yang ramah lingkungan. Dan aku akan berupaya membantu pemerintah untuk mensosialisasikan dan mengedukasi orang-orang terdekat untuk beralih dari premium ke pertalite atau pertamax yang ramah lingkungan demi tewujudnya langit biru itu sendiri.


Webinar Langit Biru

Tidak ada komentar: